Gunung Penanggungan (disebut juga Pawitra) dengan puncak tertingginya 1.653 mdpl adalah gunung berapi kerucut (istirahat) yang terletak di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di antara Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan. Gunung Penanggungan merupakan sebuah gunung kecil yang masuk di kluster Pegunungan Arjuno Welirang yang jauh lebih besar areanya. Gunung Penanggungan hanya berjarak 55 km dari Kota Surabaya, namun sangat jarang transportasi umum yang menuju ke pos-pos pendakiannya.
Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur Gunung Semeru. Hal ini karena menurut kepercayaan Jawa Kuno, Gunung Penanggungan adalah puncak dari Gunung Semeru itu sendiri yang dipotong oleh dewa untuk menyeimbangkan Pulau Jawa yang pada masa itu terombang-ambing di lautan. Hal ini juga yang membuat Gunung Penanggungan masuk dalam daftar salah satu gunung suci bagi Umat Hindu di Indonesia.
Anda pasti membayangkan, Bagaimana cara anda untuk bisa mendaki gunung ini dan mencapai semua puncaknya?
Darimana anda harus memulai?
Bagaimana cara anda kesana ?
Kapan anda bisa kesana?
Berapa banyak biaya yang anda butuhkan?
Dimana anda bisa mendapatkan jasa guide dan porter?
Dimana anda bisa mendapatkan peralatan pendakian?
Kesalahan apa saja yang banyak dilakukan oleh kebanyakan pendaki?
Apa saja kesulitan yang akan anda temui?
Banyak pertanyaan tanpa ada jawaban! Banyak waktu dan enerji anda yang terbuang sia-sia tanpa mendapatkan informasi yang benar-benar penting untuk memulai pendakian ke Gunung Penanggungan.
Tujuan dari ditulisnya artikel ini adalah untuk memberikan anda informasi mengenai apa saja yang anda butuhkan untuk mendaki Gunung Penanggungan dan kesalahan apa saja yang harus anda hindari.
Untuk anda yang tidak ingin repot dan ingin memercayakan segala hal yang berkaitan dengan pendakian Gunung Penanggungan kepada kami, anda dapat menemukan program dan harga yang sesuai dengan kebutuhan anda di artikel ini.
Dan akhirnya, untuk kalian yang penasaran, di bagian paling akhir artikel ini kami akan memberikan penjelasan kepada anda tentang Gunung Penanggungan
Contents
- 1 8 Hal Yang Harus Anda Tahu Sebelum Mendaki Gunung Penanggungan
- 1.1 Bagaimana cara untuk pergi ke Gunung Penanggungan?
- 1.2 Bagaimana cara untuk sampai di Desa Tamiajeng?
- 1.3 Bagaimana cara untuk sampai di Desa Jolotundo?
- 1.4 Bagaimana cara untuk sampai di Desa Kedungudi?
- 1.5 Bagaimana cara untuk sampai ke Desa Kunjorowesi, Ngoro?
- 1.6 Kapan saya bisa mendaki Gunung Penanggungan?
- 1.7 Apakah saya harus membayar tiket masuk?
- 1.8 Dimana saya bisa menemukan penginapan?
- 1.9 Mendaki Gunung Penanggungan, dengan atau tanpa guide?
- 1.10 Dimana saya bisa mendapatkan jasa guide dan porter?
- 1.11 Dimana saya bisa menyewa peralatan pendakian?
- 1.12 Kesalahan yang Harus Anda Hindari Sebelum dan Selama Pendakian Gunung Penanggungan.
- 2 Pendakian Gunung Penanggungan
- 3 Gunung Penanggungan dan Serba-serbinya
8 Hal Yang Harus Anda Tahu Sebelum Mendaki Gunung Penanggungan
Bagaimana cara untuk pergi ke Gunung Penanggungan?
Untuk memulai pendakian ke Gunung Penanggungan, anda bisa menuju Kota Surabaya terlebih dahulu. Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur yang bisa dijangkau dengan mudah oleh hampir semua moda transportasi di Indonesia. Sedangkan untuk jalur pendakian Gunung Penanggungan sendiri sampai saat ini diketahui ada 4 jalur yang bisa dilalui, yaitu melalui Desa Tamiajeng, Desa Jolotundo, Desa Kedungudi, dan Desa Kunjorowesi (sisi utara). Jalur yang paling populer dan paling sering dilewati adalah jalur Desa Tamiajeng.
Bagaimana cara untuk sampai di Desa Tamiajeng?
Untuk menuju Desa Tamiajeng baik dari Surabaya ataupun Malang, anda bisa menggunakan bus ekonomi untuk kemudian berhenti di terminal bus Pandaan. Dari sini anda harus mencari angkutan umum (biasanya berupa minibus/L300) atau ojek untuk menuju ke Trawas. Apabila anda menggunakan angkutan umum, anda harus turun di Markas Koramil Trawas untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju ke Pos Pendakian Desa Tamiajeng.
Anda juga bisa menggunakan taksi dari Bandara Juanda untuk langsung menuju ke pos pendakian Tamiajeng dengan biaya sekitar 400.000 – 500.000 rupiah
Bagaimana cara untuk sampai di Desa Jolotundo?
Untuk menuju Desa Jolotundo baik dari Surabaya ataupun Malang, anda bisa menggunakan bus ekonomi untuk kemudian berhenti di terminal bus Pandaan. Dari sini anda harus mencari angkutan umum (biasanya berupa minibus/L300) atau ojek untuk menuju ke Trawas. Apabila anda menggunakan angkutan umum, anda harus turun di Markas Koramil Trawas untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju ke Pemandian Jolotundo.
Anda juga bisa menggunakan taksi dari Bandara Juanda untuk langsung menuju ke Pemandian Jolotundo dengan biaya sekitar 400.000 – 500.000 rupiah.
Bagaimana cara untuk sampai di Desa Kedungudi?
Untuk menuju Desa Kedungudi baik dari Surabaya ataupun Malang, anda bisa menggunakan bus ekonomi untuk kemudian berhenti di terminal bus Pandaan. Dari sini anda harus mencari angkutan umum (biasanya berupa minibus/L300) atau ojek untuk menuju ke Trawas. Apabila anda menggunakan angkutan umum, anda harus turun di Markas Koramil Trawas untuk kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek menuju ke Desa Kedungudi.
Anda juga bisa menggunakan taksi dari Bandara Juanda untuk langsung menuju ke Desa Kedungudi dengan biaya sekitar 400.000 – 500.000 rupiah. Anda cukup bilang dengan sopir taksi bahwa anda ingin pergi menuju Pemandian Jolotundo, dari sini anda bisa bertanya kepada warga sekitar arah menuju Desa Kedungudi.
Bagaimana cara untuk sampai ke Desa Kunjorowesi, Ngoro?
Jalur pendakian ini dapat anda capai dengan menggunakan bus ekonomi baik dari Malang ataupun Surabaya dengan tujuan Bundaran Apollo. Dari sini anda bisa melanjutkan perjalanan menuju Desa Kunjorowesi dengan menggunakan ojek.
Kapan saya bisa mendaki Gunung Penanggungan?
Gunung Penanggungan terbuka untuk aktifitas pendakian hampir sepanjang tahun. Pada puncak musim kemarau, apabila terjadi kebakaran hutan, maka kegiatan pendakian akan ditutup untuk sementara. Bulan Mei – September adalah waktu terbaik untuk mendaki ke Gunung Penanggungan.
Apakah saya harus membayar tiket masuk?
Ya, anda harus membeli tiket masuk di tiga jalur pendakian resmi, yaitu jalur Tamiajeng, jalur Jolotundo, dan jalur Kedungudi. Sedangkan untuk jalur Kunjorowesi tidak perlu membeli tiket masuk karena ini bukan jalur resmi dan tidak ada pos pendakian.
Dimana saya bisa menemukan penginapan?
Di tiga jalur pendakian resmi, anda bisa menemukan banyak hotel dan homestay di area sekitar Trawas karena area ini adalah salah satu tujuan wisata. Trawas menyediakan berbagai jenis akomodasi dan tentunya dengan fasilitas dan harga yang bervariasi. Sedangkan untuk jalur Kunjorowesi tidak ada penginapan atau hotel sama sekali. Apabila anda memilih untuk mendaki lewat jalur ini disarankan untuk mencari hotel atau penginapan di area Surabaya dan Sidoarjo.
Mendaki Gunung Penanggungan, dengan atau tanpa guide?
Gunung Penanggungan pada dasarnya cukup aman untuk pendakian tanpa bantuan jasa guide melalui jalur Tamiajeng. Namun apabila anda memilih untuk mendaki melalui jalur Jolotundo, Kedungudi, atau Ngoro lebih disarankan apabila anda menggunakan jasa guide. Hal ini dikarenakan di beberapa titik jalur pendakian terdapat persimpangan yang bisa menyesatkan anda. Dengan menggunakan jasa guide, anda juga bisa lebih leluasa untuk menjelajah situs purbakala di kawasan Gunung Penanggungan.
Dimana saya bisa mendapatkan jasa guide dan porter?
Untuk menggunakan jasa porter, anda harus menghubungi pos pendakian masing-masing jalur untuk menanyakan ketersediaan guide dan porter. Sedangkan untuk jalur Kunjorowesi, anda disarankan untuk menghubungi salah satu pos diatas untuk menanyakan ketersediaan dan juga kesepakatan meeting point. Atau anda bisa menggunakan jasa travel organizer untuk mengakomodir kebutuhan anda.
Dimana saya bisa menyewa peralatan pendakian?
Tidak ada persewaan ataupun penyedia peralatan pendakian di sekitar area pos pendakian. Anda harus membawa peralatan pendakian anda sendiri untuk mendaki Gunung Penanggungan (kecuali anda menggunakan jasa travel organizer yang sudah mempersiapkan semua kebutuhan perjalanan pendakian anda).
Kesalahan yang Harus Anda Hindari Sebelum dan Selama Pendakian Gunung Penanggungan.
- Datang tanpa tahu kegiatan pendakian sedang ditutup.
- Melakukan pendakian sendiri tanpa dibekali informasi yang cukup.
- Melakukan pendakian tanpa peralatan yang memadai.
- Melakukan pendakian tanpa didampingi oleh seseorang yang tahu kondisi dan arah jalur pendakian.
Kita telah membahas mengenai persiapan sebelum pendakian Gunung Penanggungan. Sekarang mari kita bahas mengenai kegiatan pendakiannya.
Pendakian Gunung Penanggungan
Pendakian Gunung Penanggungan Via Jalur Tamiajeng
Pendakian Gunung Penanggungan jalur Tamiajeng adalah jalur resmi yang paling populer karena waktu pendakian yang relatif singkat. Perlu anda ketahui juga bahwa tidak ada sumber air di sepanjang jalur pendakian Tamiajeng, jadi pastikan anda membawa persediaan air yang cukup.
Di awal jalur pendakian anda akan disuguhkan dengan jalan berbatu hingga Pos 2 dengan kemiringan yang relatif landai. Setelah Pos 2 anda akan dihadapkan dengan jalut tanah padat dan mulai menanjak sampai Pos 4.
Dari Pos 4 jalur mulai menanjak terjal sampai puncak bayangan. Jalur ini sangat berdebu di musim kemarau, dan sangat licin ketika musim hujan tiba. Estimasi waktu pendakian dari Pos Tamiajeng menuju Puncak Bayangan adalah sekitar 2-3 jam.
Dari Puncak Bayangan, anda akan melewati jalur berpasir dan bebatuan dengan kemiringan sekitar 45 derajat sampai di Puncak Penanggungan (1.653 mdpl) dengan estimasi waktu tempuh sekitar 1 jam.
Pendakian Gunung Penanggungan Via Jalur Jolotundo
Pendakian Gunung Penanggungan jalur Jolotundo lebih panjang daripada jalur Tamiajeng. Namun, jalur ini memiliki keunikan tersendiri dengan adanya beberapa situs purbakala sepanjang jalur pendakian. Jalur ini hanya memiliki sumber air di situs Pemandian Jolotundo, selain itu tidak akan ada lagi sumber air sepanjang jalur pendakian. Jalur pendakian dimulai dengan jalan setapak dari pos pendakian menuju Candi Bayi yang juga merupakan candi pertama di jalur ini.
Setelah itu, anda harus mengambil jalur kiri melewati bekas aliran lahar purba dan dilanjutkan dengan jalur menanjak menembus hutan. Candi kedua yang akan kita jumpai di jalur ini adalah Candi Putri yang juga merupakan candi terbesar di jalur pendakian Jolotundo.
Masih mengikuti jalan setapak, selepas Candi Putri anda akan tiba di Candi Pura. Candi Pura sendiri adalah sebauah candi yang bentuknya sudah tidak tertata rapi namun ukurannya cukup besar. 15 menit mendaki dari Candi Pura, anda akan disambut oeh Candi Gentong yang bentuknya mirip seperti tempat pemujaan dengan dilengkapi sebuah gentong (wadah air) dari batu dengan ukuran yang cukup besar.
Rute selanjutnya akan mengarahkan anda menuju Candi Sinta setelah 10 menit berjalan dari Candi Gentong. Candi ini merupakan candi terakhir di jalur ini. Setelah Candi Sinta, jalur pendakian akan semakin menanjak dengan pepohonan yang mulai berkurang mendekati batas vegetasi. Teruslah mengikuti jalur yang ada sampai anda tiba di dataran yang lumayan luas, dari sini anda bisa melanjutkan perjalanan menuju ke puncak dengan estimasi waktu sekitar 15-30 menit pendakian.
Pendakian Gunung Penanggungan Via jalur Kedungudi
Jalur pendakian ini terletak di antara jalur Tamiajeng dan jalur Jolotundo. Jalur ini baru resmi dibuka pada tahun 2014. Anda akan memulai perjalanan dari Desa Kedungudi. Jalur ini juga memiliki beberapa candi yang bisa anda jumpai di sepanjang jalur pendakiannya.
Memulai pendakian dari Desa Kedungudi dengan berjalan sekitar 3 jam melewati jalur di area perkebunan PT Perhutani hingga anda tiba di candi pertama. Di sepanjang jalur ini anda juga dapat melihat bongkahan batu-batu andesit dalam ukuran besar dan juga aliran lahar purba Gunung Penanggungan sebelum anda tiba di Candi Carik.
Melanjutkan perjalanan dari Candi Carik selama 30 menit, anda bisa menjumpai bangunan candi yang lain. Candi ini bernama Candi Lurah, di areal ini anda juga bisa mendirikan tenda karena tanah datar yang tersedia cukup luas.
20 menit pendakian dari Candi Lurah anda bisa melihat Candi Guru yang berada di Puncak Sarahklopo dengan melewati jalur yang curam dan berbatu. Dari Candi Lurah, anda juga bisa menuju ke Candi Siwa yg terletak sedikit di bawah jalur pendakian. Candi ini memiliki pondasi dari batu andesit yang tersusun rapi dan memanjang.
Melanjutkan perjalanan dari Candi Guru mengikuti jalan setapak anda akan menemukan sebuah candi tanpa nama yang sudah tidak berbentuk, hanya menyisakan serakan batu candi dan pecahan terakota. Sedikit mendaki mengikutijalur, anda akan menemukan Candi Wisnu dengan ciri-ciri dinding yang menempel pada lereng Gunung Penanggungan.
Selepas Candi Wisnu, anda akan langsung menuju ke Goa Butol. Dalam perjalanan menuju Goa Butol, sekitar 15 meter di sebelah kanan jalur anda dapat menemukan Candi Kama. Candi ini sedikit tertutup oleh rimbunnya semak dan kaliandra. Sesampainya di Goa Butol, anda dapat langsung melanjutkan perjalanan menuju Puncak atau beristirahat di goa ini.
Pendakian Gunung Penanggungan Via jalur Kunjorowesi – Ngoro
Jalur Pendakian ini merupakan jalur pendakian Gunung Penanggungan yang terberat dan tercepat diantara jalur-jalur lainnya. Perlu diingat juga bahwa jalur ini bukan jalur resmi, sehingga anda tidak akan menemui pos perijinan pendakian. Oleh karena itu untuk anda yang baru pertama kali mendaki lewat jalur ini sangat disarankan untuk menggunakan jasa guide.
Jalur ini dimulai dari dari Candi Jedong, mengikuti jalan perkampungan menuju Kampung Telogo, Desa Konjurowesi. Jalur ini juga sama dengan jalur-jalur lainnya yang tidak memiliki sumber mata air di sepanjang jalurnya.
Selepas Kampung Telogo, anda akan memasuki kawasan hutan mahoni yang lebat dengan mengikuti jalur utama yang cukup jelas mengarah ke selatan. Setelah hutan mahoni, perjalanan anda akan melewati hutan akar. Tidak ada vegetasi pohon besar di area ini dengan jalurnya yang terdiri dari pasir dan batu sampai anda memasuki kawasan alang-alang yang biasa digunakan oleh para pendaki untuk mendirikan tenda.
Selepas hutan alang-alang anda akan menuju dataran luas yang merupakan pertemuan jalur Kunjorowesi dengan jalur dari Jolotundo. Dalam perjalanan menuju ke dataran ini anda akan menjumpai Candi Merak (1.011 mdpl), Candi Lemari (1.049 mdpl), Candi Yudha (1.082 mdpl), Candi Pendhawa (1.082 mdpl), dan Candi Naga (1.135 mdpl).
Dari kawasan dataran ini menuju puncak Gunung Penanggungan bisa anda tempuh dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Semua aspek tentang pendakian Gunung Penanggungan telah kita bahas. Sekarang saatnya untuk membahas Gunung Penanggungan itu sendiri! Bagi anda yang penasaran, dibawah ini anda akan menemukan penjelasan tentang Gunung Penanggungan, beserta dengan sejarah dan mitosnya.
Gunung Penanggungan dan Serba-serbinya
Gunung Penanggungan (dahulu bernama Gunung Pawitra) dengan puncaknya di ketinggian 1.653 mdpl adalah gunung berapi kerucut (istirahat) yang terletak di Jawa Timur, Indonesia. Posisinya berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Mojokerto (sisi barat) dan Kabupaten Pasuruan (sisi timur), berjarak kurang lebih 55 km dari Surabaya. Gunung Penanggungan merupakan gunung kecil yang berada pada satu kluster dengan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang yang jauh lebih besar. Gunung Penanggungan sering disebut sebagai miniatur dari Gunung Semeru, karena hamparan puncaknya yang sama-sama terdapat pasir dan batuan yang luas. Menurut kepercayaan Jawa Kuno, Gunung Penanggungan merupakan salah satu bagian puncak Mahameru yang dipindahkan oleh penguasa alam. Penanggungan merupakan salah satu gunung suci umat Hindu di Jawa.
Dilihat dari sisi sejarah, gunung ini memiliki nilai yang penting. Di sekujur lereng gunung ini ditemui berbagai peninggalan purbakala, baik candi, pertapaan, maupun pemandian dari periode Hindu-Buddha di Jawa Timur. Berdasarkan studi selama dua tahun (2012-2014) ditemukan 116 situs percandian atau objek kepurbakalaan, mulai dari kaki sampai mendekati puncak gunung. Beberapa situs purbakala yang ditemukan adalah Gapura Jedong (926 Masehi), Pemandian Jolotundo (abad ke-10), Pemandian Belahan, Candi Kendalisodo, Candi Merak, Candi Yudha, Candi Pandawa, dan Candi Selokelir. Selain bangunan Hindu, ditemukan pula punden berundak dan tempat pertapaan. Candi-candi di Gunung Penanggungan memiliki gaya yang unik, yaitu bangunannya menempel pada lereng Gunung Penanggungan, tidak berdiri sendiri.
Tantu Pagelaran, sebuah kitab jawa kuno dari era Kerajaan Majapahit mencatat bagaimana pada saat Gunung Mahameru yang diangkut dari India ke Jawa, dengan maksud untuk memaku Pulau Jawa sehingga tidah terombang-ambing lagi. Selama perjalanan dari barat ke timur, serpihan gunung yang tercecer ke bumi menciptakan rantai puncak gunung berapi. Potongan utamanya menjadi Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa, sementara puncaknya yang dipotong oleh para dewa diletakkan di barat laut. Potongan inilah yang sekarang kita kenal dengan Gunung Penanggungan.
Gunung Pawitra yang legendaris yang kita kenal sebagai Gunung Penanggungan, yang membentang diantara wilayah Pasuruan dan Mojokerto. Ketinggiannya hanya 1.653 meter di atas permukaan laut, Penanggungan bukanlah gunung yang tinggi karena pada kenyataannya, kalah oleh ketinggian deretan Pegunungan Arjuna / Welirang yang terletak tidak jauh di selatan. Namun, bentuk unik gunung ini, serta posisinya yang berada di dataran utara Jawa Timur, membuat Penanggungan sangat mencolok. Ia memiliki pertemuan sentral yang hampir bulat sempurna, di bawahnya ada empat puncak kecil, kurang lebih secara simetris terletak di arah mata angin. Tak heran kalau kemudian orang Jawa kuno melihat Gunung Penanggungan sebagai bentuk refleksi dari Mahameru suci dari mitologi Hindu.
Meskipun penelitian di Gunung Penanggungan sudah dimulai sejak tahun-tahun awal abad ini, sebelum tahun 1930-an, setelah sebuah ekspedisi yang mengungkapkan tidak kurang dari 81 lokasi terpisah, bahwa pentingnya gunung sebagai situs arkeologi sangat dihargai. Karena banyak monumen tidak memiliki nama, mereka akhirnya diberi angka Romawi oleh Profesor van Romondt pada tahun 1951, suatu sistem klasifikasi yang pada masa itu menjadi standar, sampai sekarang.
Prasasti-prasasti dari Gunung Penanggungan menunjukkan penanggalan dari tahun 977 hingga 1511, lebih dari lima abad. Beberapa peninggalan sebelumnya, terutama Petirtaan Belahan dan Jolotundo bahkan telah dihubungkan dengan tokoh-tokoh sejarah seperti Mpu Sindok, Udayana dan Airlangga pada abad ke-10. dan abad ke 11. Sebagian besar situs, berasal dari periode Majapahit, yang akan anda temukan di lereng gunung utara dan barat.
Memiliki bentuk kecil, bertingkat, dibangun melawan kontur alami dari lereng gunung, kelompok candi-candi ini menunjukkan kecenderungan dibangun pada tahun-tahun penurunan Majapahit menuju munculnya kembali kepercayaan tradisional kuno yang terhubung terutama dengan pemujaan arwah leluhur dan jiwa-jiwa yang pergi. Ukiran relief yang ditemukan di beberapa situs, seperti di Candi Kendalisada, meskipun tidak begitu berbeda dalam gaya dengan yang ditemukan di beberapa candi Jawa Timur lainnya dari periode tersebut, cenderung menampilkan tema-tema yang sekaligus lebih mistis, serta berakar lebih kuat dalam tradisi lokal (animism dan dinamisme).
Beberapa situs purbakala Gunung Penanggungan dapat ditemukan di lereng puncak Bekel dan Gajah Mungkur. Para pengunjung yang datang memiliki pilihan untuk memulai dari sisi barat (Jolotundo dan Kedungudi), atau dari lereng utara (Candi Jedong-Kunjorowesi). Pendakian sepanjang hari melintasi 2 jalur ini membuat kita bisa menemukan banyak situs purbakala menarik, yang terletak di tengah-tengah lanskap pegunungan yang liar.
0 Komentar